Hatiku bagai misteri yang nyata
Penuh suara erangan binatang buas
Dan tiupan badai kencang
Sesak nafas, dikala menatap
Banyak dusta berkobar-kobar
Kecendrungan banyak terror
Yang menyerang hampir puing-puing
Dan membakar semua hutan lebat
Dihatiku, aku panas, aku menangis
Semoga, hujan segera turun
Agar membasahi si jago merah
Yang sepoi menghanguskan hutan lebat
Dihatiku ini.
Seteguk air pun tak ada
Percuma, maka aku jadi korban
Derita luka yang mati
Pintu-pintu gerbang yang kuat
Jalan untuk menyusuri ke lorong hatiku
Telah sama rata dilahap jeritan api.
Aku hangus, jadi arang
Arang iman, busuk tak terang kembali
Hanya berbau dan tak berdaya
Ditengah papan corak mata beta
Dan kini, aku dijadikan bahan bakar
Untuk memasak hidangan para istana
Penuh suara erangan binatang buas
Dan tiupan badai kencang
Sesak nafas, dikala menatap
Banyak dusta berkobar-kobar
Kecendrungan banyak terror
Yang menyerang hampir puing-puing
Dan membakar semua hutan lebat
Dihatiku, aku panas, aku menangis
Semoga, hujan segera turun
Agar membasahi si jago merah
Yang sepoi menghanguskan hutan lebat
Dihatiku ini.
Seteguk air pun tak ada
Percuma, maka aku jadi korban
Derita luka yang mati
Pintu-pintu gerbang yang kuat
Jalan untuk menyusuri ke lorong hatiku
Telah sama rata dilahap jeritan api.
Aku hangus, jadi arang
Arang iman, busuk tak terang kembali
Hanya berbau dan tak berdaya
Ditengah papan corak mata beta
Dan kini, aku dijadikan bahan bakar
Untuk memasak hidangan para istana
No comments:
Post a Comment